Berapa banyak teman saya? Tidak terlalu banyak. Berapa dekat saya dengan teman saya yang tidak terlalu banyak tersebut? Tidak terlalu dekat.
Ya. Saya selalu menjadi individu yang individualis. Soliter. Mungkin karena saya anak tunggal. tapi hampir pasti karena saya anak aneh. Tapi memang sejak kecil, saya adalah tipikal anak yang tidak terlalu nyaman dengan interaksi sosial. Saya lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain game konsol, mendengar musik, dan menonton tv daripada bermain dengan teman sebaya saya waktu itu. Lagipula, saya tidak terlalu lihai dalam aktivitas fisikal. Saya gendut soalnya. Dan lamban. Dan menggemaskan :D
Begitupun dengan masa sekolah. Saya tipikal tenggo, teng langsung go. Ngga suka nongkrong. Kalo cabut/madol pun sendirian. Tidak pernah massal. Jadi inget dulu sering dipalak preman. di tempat dingdong. Lama-lama saya lawan. Dikeroyok. Tapi survive. Lumayan membanggakan lah untuk anak SMP kelas satu. Tapi dipikir-pikir ngga juga sih, ngga ada teman yang pernah tahu kejadian ini soalnya. Damn!!!
Sampai SMP kelas dua kebutuhan afiliasi mulai ada, Saya mulai banyak berteman dan jadi anak medioker yang punya banyak kenalan non anak beken dan sedikit kenalan anak beken di SMP. Sampai SMA kebutuhan afiliasi masih ada, namun berkurang lagi.
Sampai sekarang.
Teman karib saya banyaknya berasal dari kalangan teman SMP dan tentunya pacar saya. Hebat mereka. Kuat sama kelakuan saya (sekilas info tiba-tiba).
Saya adalah indvidu yang tidak terlalu suka berafiliasi. Ke gigs sendiri atau beli dvd bajakan di glodok sendiri tidak masalah bagi saya. Belanja celana jeans atau hunting Jersey AS Roma sendiri bahkan lebih asyik. Cuma ketika maen futsal saja saya tidak bisa sendirian.
Kurang lebih begitulah, sodara sodari.. Main futsal dengan seru itu hampir mustahil dilakukan jika hanya seorang diri yang bermain. Sewa lapangan pun jatohnya jauh lebih mahal jikalau sendirian (Dibahas).
Tanpa disadari, dengan sifat non afiliatif saya tersebut, saya tumbuh menjadi individu yang saya rasa lebih mengenal diri sendiri. Saya tahu apa yang saya inginkan, apa yang saya butuhkan. Saya tahu apa yang saya suka, apa yang tidak saya suka. Saya tahu kemampuan saya. Apa yang bisa saya lakukan, apa yang tidak. Saya bagus di hal apa, saya butut di hal apa. Saya tahu cita-cita saya apa. Saya bahkan punya tipe wanita yang harus saya kencani sebelum menikah, hal yang saya ingin lakukan sebelum mati, hal yang saya ingin pelajari sebelum tua, barang yang saya ingin miliki saat ini juga dan saat nanti aja, sampai tipe jersey AS Roma apa yang harus saya punya, dll.
Dari apa yang saya tahu itu, saya bisa fokus untuk mengejar semua yang saya suka yang saya bisa dan bagus dalam melakukannya. Menjadi pribadi yang saya butuhkan: Pribadi yang saya inginkan. Dari non afiliatif nya saya tersebut, saya menjadi orang yang tahu banyak mengenai diri saya sendiri. Saya tahu saya tidak menikmati travelling, tapi menikmati adiksi terhadap…ummm…ya begitu deh kira-kira.
Mungkin karena saya lebih punya banyak waktu untuk berkontemplasi, untuk mereview diri, untuk introspeksi, untuk coba-coba, untuk melakukan apa yang saya ingin lakukan, untuk mencari tahu apa yang bikin saya penasaran, untuk ini, untuk itu, tanpa harus ada afiliasi yang kadang-kadang saya rasa membatasi ruang gerak saya. Saya lebih bebas dan lebih punya banyak waktu untuk mengidentifikasi diri tanpa adanya afiliasi.
Dipotong di sini ah tulisannya, biar kelihatan yang positifnya aja :p
Peluk hangat,untuk orang terdekat anda…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar