Sabtu, 28 Februari 2015

Holiday!



Let's go away for a while
You and I
To a strange and distant land
Where they speak no word of truth
But we don't understand anyway 

Holiday
Far away
To stay
On a holiday
Far away
Let's go today
In a heartbeat! 

Heartbeat
Heartbeat 

Don't bother to pack your bags
Or your map
We won't need them where we're going
We're going where the wind is blowing
Not knowing where we're gonna stay 

Holiday
Far away
To stay
On a holiday
Far away
Let's go today
In a heartbeat! 

Heartbeat
Heartbeat
Heartbeat
Heartbeat 

We will write a postcard
To our friends and family
In free verse
On the road with Kerouac
Sheltered in his Bivouac
On this road we'll never die... 

Heartbeat
Heartbeat 

Let's go away for a while
You and I
To a strange and distant land
Where they speak no word of truth
But we don't understand anyway 

Holiday
Far away
To stay
On a holiday
Far away
To stay
On a holiday! 

Let's go away
Let's go away
On a holiday
Let's go away
Let's go away
In a heartbeat

Kamis, 15 Januari 2015

"What's next?"

My life was a messed up. Big time. Dan saya ngga pernah berhenti bersyukur sama Tuhan karena telah membantu saya melaluinya. Beneran. Karena kalo pake nalar sih, kyanya ga mungkin banget saya bisa melalui semua itu tanpa bantuanNya.


Saya pernah punya masalah hidup bak benang kusut yang ga bisa digunting. Udah ga bisa dibenerin lagi. Jadinya depressing berat. Ada masanya, tiap malem saya ga bisa tidur saking depresinya. Cuma bisa nyesel:



"Kenapa gw ga ini? kenapa gw ga gitu?"



"Seandainya gw dulu gini. Seandainya dulu gw gitu"



Dipaksa tidur pun, ternyata malah kebawa mimpi si masalah. Dark ages banget lah masa itu.



Jadi stress ga jelas bawaannya. Apalagi klo ngeliat temen-temen SMA udah pada kerja, temen-temen kuliah seangkatan, bahkan adik kelas di kampus udah pada lulus, sebagian malah udah pada kerja, sedangkan kuliah saya…super duper berantakannya.



Saking stressnya, saya bisa melalui 24 jam hanya dengan tidur, makan, dan ke kamar mandi, tanpa melakukan hal lainnya. Bukannya menyelesaikan masalah, saya malah menggali lubang masalah yang lebih dalam.



Sampai pada suatu pagi, dengan hidayah Tuhan YME, muncul pertanyaan dalam sanubari saya:



"Harus gw apain nih hidup gw?"



Dan ternyata pertanyaan tersebut adalah titik nadir hidup saya. Kulminasi dari semua depresi saya. Sebuah pertanyaan yang ternyata adalah semua kunci jawaban.



Asyik ya, bahasanya? :D



You know, Socrates pernah bilang. Hidup itu bukan soal mencari jawaban yang benar atas pertanyaan hidup. Tapi soal mencari pertanyaan yang benar atas jawaban hidup. Dan meskipun membingungkan. Percayalah hal tersebut benar adanya. Meskipun tidak benar kalau Socrates lah yang mengatakan hal tersebut. Jadi jangan percaya kalu kutipan itu diambil dari perkataan Socrates.



Dan ya, dengan pertanyaan yang kurang lebih sama, semua masalah yang saya hadapi bisa saya lalui. Alhamdulillah. Saya sukses belajar dari masa kegelapan saya tersebut, dan berhasil menemukan inspirasi paling berharga di dalam hidup saya:



Live with “What’s next?” don’t with “What if’s?”



Artinya tau lah ya? Tadinya saya mau menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, tapi itu pasti akan terkesan merendahkan intelejensia Anda :d



Tapi maksudnya begini…hidup itu bergerak maju. Waktu terus berputar dan ga akan mungkin berbalik. Apapun yang harus kita lakukan, lakukanlah. Apapun yang kita inginkan, kejarlah. Jangan takut. Jangan malu. Lakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik. Kalau gagal, perbaiki, coba lagi. Klo masih gagal, ya udahlah toh kita udah berusaha dengan yang terbaik, berikhtiar, dan berdoa.



Jangan menyesal, penyesalan ga memperbaiki apapun atau mengembalikan usaha yang udah kita lakukan dan waktu yang udah kita lalui. Move on, perbaiki diri sambil bergerak terus, take action. Selalu tanyakan pada diri kita “Apa selanjutnya? Apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik? Apa yang harus diubah menjadi lebih baik?”. Menyesali apa yang terjadi sambil bertanya-tanya “Gimana ya seandainya ini itu bla bla bla?” itu sama sekali ga ada gunanya, cenderung merugikan malah.



Pun jika harus menyesal, lebih baik menyesal atas hal yang kita lakukan daripada hal yang ga kita lakukan. Seperti kutipan yang saya ambil dari karakter Bateman, di film London (a must see movie, btw) yang berbunyi:



"Personally, I’d much rather regret something I’d done rather than something I was too afraid to do.”



Kesalahan itu masih bisa diperbaiki. Tapi rasa penasaran selalu menghantui. Tsaaahhh, banget kan? Bisa aja sih rasa penasaran itu dibayar dengan aksi yang benar-benar menuntaskannya. Tapi kalau udah terlambat gimana coba?



Intinya sih pengendalian diri, masih baaanyak janda-janda kaya, anak-anak pejabat…BTW, joke ini masih lucu ga sih?



Intinya, serius nih, embrace your life. Cari terus apa yang harus kita lakukan, cari terus apa yang kita mau. Kalo udah ketemu, lakukan, kejar ampe dapet! Repeat.



Waktu dan momen ga bakal berulang, tapi usaha bisa kita ulang-ulang. Jangan nunggu kesempatan dateng. Buatlah kesempatan itu ada dan dateng. Gimana caranya?



Keep asking yourself this question:



"What’s next?"




Dan bergeraklah atas jawaban yang Anda dapatkan. Percaya deh. Saya nulis panjang-panjang gini untuk sharing pengalaman saya aja, sedikit bragging juga sih. Hehe. Tapi serius lagi, pengalaman saya di atas bisa jadi jalan pintas buat Anda. Ga perlulah sampai terpuruk hingga teruk seperti saya untuk tahu apa yang sebenernya dibutuhkan untuk terus maju. 

"What’s next?"



Meskipun memang akan ada masanya kita berhenti menanyakan hal tersebut, tapi pastikan lah hal yang membuat Anda berhenti bertanya adalah:



"I’ve done everything"

Action may not always bring happiness; but there is no happiness without action.


Sun basah…


Rabu, 09 Januari 2013

Afiliasi


Berapa banyak teman saya? Tidak terlalu banyak. Berapa dekat saya dengan teman saya yang tidak terlalu banyak tersebut? Tidak terlalu dekat.

Ya. Saya selalu menjadi individu yang individualis. Soliter. Mungkin karena saya anak tunggal. tapi hampir pasti karena saya anak aneh. Tapi memang sejak kecil, saya adalah tipikal anak yang tidak terlalu nyaman dengan interaksi sosial. Saya lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain game konsol, mendengar musik, dan menonton tv daripada bermain dengan teman sebaya saya waktu itu. Lagipula, saya tidak terlalu lihai dalam aktivitas fisikal. Saya gendut soalnya. Dan lamban. Dan menggemaskan :D

Begitupun dengan masa sekolah. Saya tipikal tenggo, teng langsung go. Ngga suka nongkrong. Kalo cabut/madol pun sendirian. Tidak pernah massal. Jadi inget dulu sering dipalak preman. di tempat dingdong. Lama-lama saya lawan. Dikeroyok. Tapi survive. Lumayan membanggakan lah untuk anak  SMP kelas satu. Tapi dipikir-pikir ngga juga sih, ngga ada teman yang pernah tahu kejadian ini soalnya. Damn!!!

Sampai SMP kelas dua kebutuhan afiliasi mulai ada, Saya mulai banyak berteman dan jadi anak medioker yang punya banyak kenalan non anak beken dan sedikit kenalan anak beken di SMP. Sampai SMA kebutuhan afiliasi masih ada, namun berkurang lagi.

Sampai sekarang.

Teman karib saya banyaknya berasal dari kalangan teman SMP dan tentunya pacar saya. Hebat mereka. Kuat sama kelakuan saya (sekilas info tiba-tiba).

Saya adalah indvidu yang tidak terlalu suka berafiliasi. Ke gigs sendiri atau beli dvd bajakan di glodok sendiri tidak masalah bagi saya. Belanja celana jeans atau hunting Jersey AS Roma sendiri bahkan lebih asyik. Cuma ketika maen futsal saja saya tidak bisa sendirian.

Kurang lebih begitulah, sodara sodari.. Main futsal dengan seru itu hampir mustahil dilakukan jika hanya seorang diri yang bermain. Sewa lapangan pun jatohnya jauh lebih mahal jikalau sendirian (Dibahas). 

Tanpa disadari, dengan sifat non afiliatif saya tersebut, saya tumbuh menjadi individu yang saya rasa lebih mengenal diri sendiri. Saya tahu apa yang saya inginkan, apa yang saya butuhkan. Saya tahu apa yang saya suka, apa yang tidak saya suka. Saya tahu kemampuan saya. Apa yang bisa saya lakukan, apa yang tidak. Saya bagus di hal apa, saya butut di hal apa. Saya tahu cita-cita saya apa. Saya bahkan punya tipe wanita yang harus saya kencani sebelum menikah, hal yang saya ingin lakukan sebelum mati, hal yang saya ingin pelajari sebelum tua, barang yang saya ingin miliki saat ini juga dan saat nanti aja, sampai tipe jersey AS Roma apa yang harus saya punya, dll.

Dari apa yang saya tahu itu, saya bisa fokus untuk mengejar semua yang saya suka yang saya bisa dan bagus dalam melakukannya. Menjadi pribadi yang saya butuhkan: Pribadi yang saya inginkan. Dari non afiliatif nya saya tersebut, saya menjadi orang yang tahu banyak mengenai diri saya sendiri. Saya tahu saya tidak menikmati travelling, tapi menikmati adiksi terhadap…ummm…ya begitu deh kira-kira.

Mungkin karena saya lebih punya banyak waktu untuk berkontemplasi, untuk mereview diri, untuk introspeksi, untuk coba-coba, untuk melakukan apa yang saya ingin lakukan, untuk mencari tahu apa yang bikin saya penasaran, untuk ini, untuk itu, tanpa harus ada afiliasi yang kadang-kadang saya rasa membatasi ruang gerak saya. Saya lebih bebas dan lebih punya banyak waktu untuk mengidentifikasi diri tanpa adanya afiliasi.

Dipotong di sini ah tulisannya, biar kelihatan yang positifnya aja :p
Selamat sarapan. Jika anda masih bingung mau sarapan apa, bisa jadi anda tidak terlalu mengenal identitas diri sendiri, karena mungkin anda terlalu berafiliasi dan kurang waktu untuk mengenal dan mengidentifikasi diri anda sendiri. Apeeuh!!!

Peluk hangat,untuk orang terdekat anda…

Jumat, 06 April 2012

nanti

Suatu saat nanti, Sayang
Di ujung hari kita akan banyak berbincang
Tentang hari kita yang riang
Tentang rancangan rancangan cemerlang
Banyak berbincang
Tentang menu berikutnya tuk bekal di rantang
Tentang orang orang yang kita temui di bus kota di perjalanan pulang
Tentang rekor AS Roma kala bermain di kandang
Ya kita banyak berbincang
Tentang rencana tamasya di pinggir kolam renang
Tentang tanaman di kebun belakang
Tentang warna jeans yang mulai belang
Terus berbincang
Tentang langkah Si Kecil yang semakin kencang
Tentang kebiasaan ngedotnya yang sudah harus dibuang
Tentang menabung di simpanan pendidikan jangka panjang
Aku, kamu, saat pagi menjelang
Di atas ranjang kita kan tertidur tenang
Karena saat kita bersama dunia tidak akan pernah menang
Suatu saat nanti, Sayang
Tak begitu lama dari sekarang

Sabtu, 22 Oktober 2011

FORZA ROMA....!!!!


"Roma, beautiful Roma, I have painted you. Yellow like the sun and Red just like my heart... "

Ini adalah chants AS Roma, tim sepakbola kecintaan saya. 



Lambang AS Roma?

Logo ini adalah ilustrasi dari mitos Romulus dan Remus, yang merupakan cerita terbentuknya kota Roma. 



Kenapa pilih AS Roma?

Ok. Jujur aja sih...alasan saya suka AS ROMA sebenernya dangkal: Dulu waktu saya kelas 4 SD menjelang lebaran saya diberi hadiah oleh orang tua saya berupa memilih dan membeli jersey bola sesuai dengan kehendak saya, dan entah kenapa saya pilih jersey AS ROMA bernomor punggung 9 bertuliskan nama punggung "MONTELLA". Sejak saat itu saya sering banget pake jersey itu kemana-mana, dan terpupuklah jiwa ke ROMANISTA-an didalam diri saya. :D



Kalo soal sejarah AS Roma, saya ngga fasih-fasih amat. Tau dikit ini itu lah. Tapi kan memang bukan faktor sejarah yang menyebabkan saya cinta AS Roma. Tapi faktor permainan indah mereka. Lagipula saya kan suporter, bukan sejarawan.


 




Romanista?

Itu julukan untuk supporter atau fans AS Roma. Mereka bukan glory hunter ( fans yg hanya mendukung sebuah tim ketika berada di puncak, tapi ketika timnya jatuh dia akan pindah membela tim lain) jadi AS Roma menang atau kalah, kalo memang mainnya bagus, pasti tepuk tangan. Apresiatif. Ngga kaya pendukung tim lain yang suka mencak-mencak ngga jelas kalo tim kesayangannya kalah. Mungkin karena pendukung AS Roma tidak menyuperiorkan tim kesayangannya kali ya,  Humanis. Ya kalo AS ROMA mainnya jelek, paling cuma lucu-lucuan menghibur, Humoris. Jadi kalo nonton bareng sungguh menyenangkan rasanya.





Partisipasi dan Dedikasi?

Sejak suka AS Roma saya selalu mengikuti perkembangannya di tv dan di koran (dulu belum ada berita di internet), sampe seketika salah satu televisi swasta berhenti menayangkan liga Italy, dan saya semakin sulit buat nonton AS Roma, paling cuma bisa langganan koran BOLA sambil ngarep ada bahasan tentang AS Roma.


Di saat waktu kuliah saya menemukan fansclub AS Roma di Indonesia bernama INDOROMA ( http://indoroma.com/ ), disana saya jadi lebih update mengenai berita-berita AS Roma dan juga menambah teman sepeROMAan. Sampai ketika saya di percaya untuk menjadi pengurus ketua divisi NOBAR dan menjadi salah satu admin.


Dan entah kenapa saya selalu merasa kalo menjadi Romanista itu punya kebanggaan. Bukan sombong, tapi bangga. Pake jersey dan atribut AS Roma kemana-mana kapan aja. Kayanya bangga banget sebagai pendukung AS Roma gitu. Ngga terlalu banyak orang yang suka AS Roma, tapi pendukung AS Roma pasti kadar kecintaan dan kebanggaan akan tim pasti melimpah ruah. Kualitas. Bukan kuantitas.




Saya dan AS Roma?

Saya pendukung AS Roma garis keras. Ultras Roma kalo di sananya sih. Fanatik. Parah. Ibadah saya rajin. Nonton bareng jalan terus. Jersey punya banyak. Atribut apa lagi. Sering teriak-teriak kalo nonton, walaupun sendirian nontonnya. Rajin tepuk tangan juga. Sering ngerekrut Romanista baru. Satu hal yang masuk ke daftar 100 hal yang ingin saya lakukan sebelum tua nanti adalah berantem ama pendukung tim lain dalam rangka menjaga kehormatan AS Roma. Serius. Kan garis keras  :D

Saya yakin pun, suatu saat nanti saya akan menjadi jamaah AS Romaniyah Wal Romanistayiah di Olimpico Stadium, di Roma, ibu kota Italy. Doakan saja. Doakan juga agar saya menjadi Romanista yang mabrur.


" Roma, my Roma,
Don't fall to their charms

You were born great

And great is what you'll have to remain "
 

Selasa, 04 Mei 2010

past



2003..
"All the, small things
True care, truth brings
I'll take, one lift
Your ride, best trip"


All the small things-nya Blink 182 mengalun dari sebuah tape butut di kamar pojok yang tidak tertata rapi, beratap dengan coretan pilox merah "HELP ME". seorang abege cadel dengan rambut jambul terbaring menatap kosong ke sebuah sudut kamar sambil memikirkan apa yang harus dilakukan, dan akan seperti apa di kemudian hari. tanpa teman.

dia beranjak dari tempat tidurnya. menarik kursi. mengambil pulpen dan kertas yang tertumpuk di meja belajar, lalu menulis sebuah surat. surat yang tidak ditujukan untuk siapapun. hanya untuk dirinya dan masa depan. keinginan untuk menjadi seorang pemain bola handal. keinginan menjadi pemain band terkenal. keinginan punya satu set drum dan les drum di sebuah sekolah musik bernama Farabi. keinginan masuk ke sekolah menengah atas dimana tetangganya sekolah. keinginan bertemu dengan personil band favorit. keinginan mempertahankan monkeylove-nya. semuanya tertulis. tertulis. dan tertulis. lalu apa lagi? lalu apa lagi?
2004...

biru jadi abu-abu. dia bukan pemain bola, tapi dia masuk perkumpulan anak-anak seni musik. dia gak masuk sekolah musik, tapi dia menjadi drummer di band sekolahnya dan membawa nama sekolahnya menjadi juara dua di salah satu fesitval musik. dia gak masuk sma favoritnya, tapi dia punya teman-teman fantastik yang membawanya mengenal dunia baru dan menyenangkan. dia pernah bertemu dengan personil band kesukaannya, dan akan terus menjadi inspirasinya. dia tidak bisa mempertahankan seseorang di hatinya, tapi hatinya bertahan di hati seseorang. tidak ada yang sempurna keinginannya, tapi itu semua mungkin cukup adil.

Minggu, 02 Mei 2010

G ???

apa sih artinya G itu? gue atau gak?

"
... ntar g jadi ke dufan kan?"
apa coba artinya? 'gak jadi' atau 'gue jadi' ke dufan?

"
... wah ini mah g respect sama dia.."
apa coba artinya? 'gak respect' atau 'gue respect'?

"
... ntar g kasih tau deh.."
apa coba artinya? 'gue kasih tau' atau 'gak kasih tau'?

heheh... pernah dapet sms kaya gitu g? g suka deh dapet message begitu. ntar suka g nyambung aja jadinya. malah bikin g g ngerti jadinya. sudahlah g bingung jadinya. pernah g g g? dasar g!!!